Malam di Matamu
malam di matamu terlihat pucat; seperti tenang
bening danau yang terlalu lama menanti riak
malam di mataku telah menyerah; berlutut pada
kata-kata yang berjatuhan di dalam matamu
bintang-bintang itu
malam di matamu mulai membeku; seakan waktu
terjebak di balik langit yang berteriak
malam di matamu menjatuhkan gerimis
seperti rindu yang terurai lukanya
satu demi satu
Di Satu Sisi Dinding Ruang Tamu
aku dan kau hanya dua gambar yang terperangkap dalam pigura tua. malam tak menyisakan gelapnya untuk kita berteduh, atau barangkali bersembunyi. tak ada kunang-kunang sudi hinggap lagi menjadi mataku atau matamu. tak ada kupu-kupu rela kita tunggangi berpetualang ke mahkota-mahkota melati seperti dulu. mungkin segenap udara dingin cukup jadi menu santapan perbincangan yang tak bisa jadi lebih beku lagi. aku dan kau sama-sama tak ikhlas melepas suara masing-masing, meski aku dan kau juga tak yakin suara itu pernah benar-benar ada.
mungkin tak ada mungkin atau barangkali yang pernah kita miliki. kau punya masa